Di Sebalik Kekaburan Terselit Makna - Hanya Bagi Yang Memahaminya

2.

MENYUSUR TAMAN RAMADHAN INI

Kita menyusur lagi ke taman Ramadhan ini

dalam sepuh doa bermunajat

mengharap redho Nya

menganugerahkan kita sungai berkat

saat mentari duka merantai seluhur

nafas kita

dengan taqwa

di kebun usia yang menjalar liar nafsu

di padang qalbu yang berserakah di siar keliru

Inilah taman yang kita mekarkan

dengan muhasabah

menghiasi ladang sukma

di hujung ratib doa

melirik keinsafan

Malam-malam yang kita panjatkan syukur

oleh inayah Nya

dalam nikmat yang tidak terbilang

sebuah cinta Ramadhan yang mekar tulus

menghiasi sekebun kudus

Ramadhan Mu

kita petik ranum amal

menyempurna qiamulail

semuga kerdip cinta

seharum syurgawi menyilau

sepanjang lorong-lorong kehidupan.

HASAN NAZHORI

Kemaman, Terengganu

(di terjemahkan dari tulisan jawi. Di siarkan dalam ruangan Puisi dalam akhbar

Utusan Melayu, Isnin 22 Ogos 2011)

1.

JALAU KITA TERUS ALPA

Lemahnya kita

tidak mendengar kalbu bersapa

berbisik lara mengusik atma

agar kembali ke akar diri

lalu terkunci hari

terkumpul kecewa diriuhkan sepi

mengkianati keteguhan diri.

Silapnya kita

termandam pada mimpi yang menggoda

lalu terhimpun duka

daripada kepedihan jiwa

apabila makna sebenarnya terhiris luka.

Tiada gunanya lagi

merayapi sebuah penyesalan

yang tidak lagi bernilai

di hati seorang insan yang lalai.

Kalau kita terus alpa

merelakan satu ketersasaran

akan tertegak kekecewaan

terangsang kekeliruan

terbangun kekeruhan

terjulang api keresahan

keyakinan akan terpadam

kewarasan akan terbenam

ketakwaan akan dikebumikan.

PETER AUGUSTINE GOH

Yishun Avenue 9, Singapura

(disiarkan dalam Berita Minggu, Ahad 1o Julai 2011)